USAHA “WARUNG SURABI IMUT “ DARI BANDUNG

Pembuatan surabi 1.1

Banyak pengusaha terpuruk ketika krisis monoter menerpa kita. Namun beberapa diantaranya berhasil bangkit. Bahkan lebih sukses dari semula. Itulah yang terjadi pada Riana Rismawati,penjual surabi imut di JL. Setiabudi, Bandung. Jangan tanya berapa pelanggan yang mampir di resto serabinya setiap hari,anda bakal menganga. Hempasan krisis moneter membuat Riana Rismawati  harus menelan pil pahit. Usaha angkutan miliknya harus gulung tikar karena merugi. Sehingga ia harus kehilangan satu-satunya sumber pendapatan keluarga,usaha penjualan daging sang ayah Ating Supandi pun mengalami nasib yang sama. Mereka benar-benar tidak ada pemasukan untuk belanja “Waktu itu makan saja cuma sekali.  Habis nggak ada uang”aku Ria,sapaan akrab Riana Rismawati. Untungnya mereka masih tinggal dirumah nenek sehingga tidak terlalu memusingkan biaya sewa rumah. Ditengah kebimbangan yang dirasakan,sang ayah mengusulkan untuk berjualan surabi (dalam bahasa sunda,artinya serabi).  Oleh Menjajakannya dengan cara duduk dibawah. Cara tersebut dirasa sangat tidak nyaman oleh Ria. Mendapat tantangan sang ayah lantah membuat meja untuk memasak serabi. Modalnya diambil dari sisa penjualan angkot sebesar Rp 25 ribu pada tahun 1998. Untuk resep tak perlu pusing keluarga mereka sudah terbiasa membuat serabi sendiri.

Modal sudah ada peraalatan sudah terpenuhi,begitupun dengan resep. Tetapi, Ria belum bisa berjualan serabi karena belum mempunyai tempat. Untunglah seorang kerabatnya mengajak berjualan didekat sebuah sekolah dijalan Setiabudi,Bandung.

Dengan menggunakan 10 bangku,3 buah meja panjang yang ditutupi oleh tenda, Ria mulai berjualan serabi. Tempatnya kecil dan terselip diantara warung tenda lainnya. Hanya sebuah spanduk dan meja pemanggang serta 5 buah wajan tanah. Sama seperti pedagang makanan yang menggunakan tenda,serabi dijual sore hari. Kala itu Ria membuat adonan dari 2kg tepung beras. Jenisnya pun hanya 2,serabi tradisional yang diberi saus gula atau kinca da oncom. Walaupun masih coba-coba nyatanya peminatnya banyak. Serabi yang dijual Rp. 500,- oleh Ria itu laku sekali. Hari pertama pun Ria mengantongi uang 90rb kala itu. Mereka pun bergegas untuk melanjutkan usaha serabinya dengan mantap.

Kini Ria berinovasi membuat berbagai macam rasa varian serabi,kini ada 29 varian antara lain,serabi oncom,manis,ayam,vla stroberi,sosis,susu keju dst. Perkembangan usaha yang cukup pesat membuat Ria yakin usaha akan berkembang. Apalagi setelah 1,5 tahun berjualan ia mendapatkan untung yang lumayan. Dari hanya tenda menjadi tempat resto milik sendiri hingga, kapasita meja dan kursi yang semakin memadai tetapi masih menggunakan peralatan tradisional. Sekarang serabi dijual antara 2500-6500. Tidak kurang akal Ria memasang tenda,agar kesan warung tendapun masih ada.

Dengan omset 2jt perhari Ria sangat bersyukur ,ketiga adiknya sudah bersekolah dan dapat membayar gaji 25 orang karyawan. Tetapi Ria masih punya harapan bisa memperbesar usahanya.