1.Pendahuluan
Banyak konsumen
lebih memilih belanja dengan berbagai kemudahan yang ada,seperti halnya pada
toko atau supermarket retail. Toko/supermarket adalah tempat bertemunya konsumen dan barang
yang hendak akan dikonsumsi/digunakan demi memenuhi kebutuhan sehari-hari,retail adalah kegiatan jual-beli baik
barang maupun jasa secara langsung kepada konsumen ,dan toko/supermarket
sebagai wahana paling akhir untuk retailer. Biasanya berpengaruh terhadap aspek
kehidupan yang signifikan dengan pertumbuhan pasar rumah tangga,pasar
komoditi,dan pasar sektor swasta. Bisa disimpulkan bahwa bisnis retail adalah
transaksi jual-beli baik barang maupun jasa pada suatu tempat,dimana bisnis
retail berfungsi sebagai perantara antara distributor dengan konsumen akhir.
Retailer berperan sebagai penghimpun barang, toko retail sebagai sebagai
tempat akhir yang dituju.Berikut dibawah ini tipe-tipe bisnis retail:
Klasifikasi
retail berdasarkan :
·
Kepemilikan ( Owner ):
- Single-Store Retailer : tipe yang paling banyak
jumlahnya dengan ukuran toko umumnya dibawah 100 m².
- Rantai Toko Retail : toko retail dengan banyak
cabang dan dimiliki oleh institusi perseroan.
- Toko Waralaba : toko yang dibangun berdasarkan
kontrak kerja sama waralaba antara terwaralaba dengan pewaralaba.
·
Merchandise Category:
- Specialty Store/ Toko Khas : menjual satu jenis
kategori barang yang relative sedikit/ sempit.
- Grocery Store/ Toko Serba Ada : menjual barang
groceries (sehari-hari).
- Departement Store : menjual sebagian besar
bukan kebutuhan pokok, fashionable, bermerek, dengan 80% pola konsinyasi.
- Hyperstore : menjual barang dalam rentang kategori
barang yang sangat luas.
·
Luas Sales Area :
- Small Store/kios : kios kecil yang umumnya
merupakan toko retail tradisional, dioperasikan sebagai usaha kecil dengan
sales areab kurang dari 100 m².
- Minimarket : dioperasikan dengan luasan sales
area antara 100-1000 m².
- Supermarket : dioperasikan dengan luasan sales
area antara 1000-5000 m².
- Hypermarket : dioperasikan dengan luasan sales
area antara lebih dari 5000 m².
·
Non-Store Retailer :
- Multi-Level-Marketing (MLM) : Model penjualan
barang secara langsung dengan system komisi penjualan berperingkat
berdasarkan status keanggotaan dalam distribution lines.
- Mail & Phone Order Retailer ( Toko pesan
antar ) : perusahaan yang melakukan penjualan berdasarkan pesanan melalui
surat atau telepon.
- Internet/ Online Store (e-Commerce) : Toko
Retail di dunia maya yang mngadopsikan internet ke dalam bentuk online
retailing.
Demikian kurang dan lebihnya sedikit perkenalan tentang bisnis retail
dari saya, artikel yang saya buat dibawah ini diperuntukkan khususnya untuk
tugas softskill mata kuliah Perekonomian Indonesia dan para pembaca,semoga
bermanfaat dan terimakasih.
2.Latar
Belakang
Bisnis retail adalah kegiatan jual beli baik barang maupun jasa secara
langsung kepada konsumen. Konsumen yang membeli barang atau jasa tersebut akan
langsung menggunakannya (bukan untuk kepentingan bisnis).Menurut Berman dan Evans (2001:3) adalah “retail
consists of the business activities involved in selling goods and services to
consumers for their personal, family,or household use”.Pengertian dari
pernyataan diatas adalah Retail terdiri atas aktivitas-aktivitas bisnis yang
terlibat dalam menjual barang dan jasa kepada konsumen untuk kepentingan
sendiri, keluarga maupun rumah tangga.Bisa dikatakan bahwa bisnis retail
terdiri dari beberapa aktivitas yang saling mendukung dan mempengaruhi sehingga
terjadi kegiatan perdagangan antara pedagang dan konsumen.Jadi, bisnis retail
tidak bisa terdiri dari satu kegiatan saja. Meshvara
Kanjaya punya perumpamaan unik soal bisnis retail. Menurut dia, organisasi
bisnis retail itu mirip dengan tentara. Kok, bisa? Alasannya, dalam bisnis
retail dibutuhkan kedisiplinan tingkat tinggi dan peran sentral seorang
pemimpin. "Dalam retail, pemimpin itu sangat menentukan keberhasilan
bisnis," katanya pada saat peluncuran buku ini, beberapa waktu lalu.
Retail Rules adalah karya buku bersama antara Meshvara dengan Yongky Susilo. Keduanya sama-sama bersentuhan lekat dengan bisnis retail, walau di jalur berbeda. Meshvara adalah praktisi retail yang malang melintang di sejumlah perusahaan retail besar dan kini menjabat sebagai Merchandising & Marketing Director Matahari Food Business. Sedangkan Yongky adalah Retailer Service Director The Nielsen Indonesia yang telah meneliti retail selama 16 tahun terakhir. Pada dasarnya, buku ini hendak menggambarkan evolusi bisnis retail di Indonesia, mulai kemunculan, pertumbuhan, perubahan yang terjadi, hingga masa depan bisnis ini. Bergerak dengan alur lurus, mereka memulai pembahasan dengan awal mula retail modern di Indonesia dan diakhiri dengan uraian perihal format retail masa depan. Di Indonesia, retail modern mulai berdiri pada 1970-an. Ketika itu, Gelael membuka toko pertamanya di Jalan Faletehan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Dalam waktu yang tidak terpaut lama, di daerah itu pula, Hero membuka gerai pertamanya. Bob Sadino juga membuka KemChick di wilayah Kemang, Jakarta Selatan.
Retail Rules adalah karya buku bersama antara Meshvara dengan Yongky Susilo. Keduanya sama-sama bersentuhan lekat dengan bisnis retail, walau di jalur berbeda. Meshvara adalah praktisi retail yang malang melintang di sejumlah perusahaan retail besar dan kini menjabat sebagai Merchandising & Marketing Director Matahari Food Business. Sedangkan Yongky adalah Retailer Service Director The Nielsen Indonesia yang telah meneliti retail selama 16 tahun terakhir. Pada dasarnya, buku ini hendak menggambarkan evolusi bisnis retail di Indonesia, mulai kemunculan, pertumbuhan, perubahan yang terjadi, hingga masa depan bisnis ini. Bergerak dengan alur lurus, mereka memulai pembahasan dengan awal mula retail modern di Indonesia dan diakhiri dengan uraian perihal format retail masa depan. Di Indonesia, retail modern mulai berdiri pada 1970-an. Ketika itu, Gelael membuka toko pertamanya di Jalan Faletehan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Dalam waktu yang tidak terpaut lama, di daerah itu pula, Hero membuka gerai pertamanya. Bob Sadino juga membuka KemChick di wilayah Kemang, Jakarta Selatan.
3.
Pembahasan
I. Pengertian Bisnis Retail
Banyak masyarakat
memilih belanja dengan berbagai kemudahan yang ada,seperti halnya pada toko
atau supermarket retail. Toko/supermarket adalah tempat bertemunya konsumen dan barang
yang hendak akan dikonsumsi/digunakan demi memenuhi kebutuhan sehari-hari,retail adalah kegiatan jual-beli baik
barang maupun jasa secara langsung kepada konsumen ,dan toko/supermarket
sebagai wahana paling akhir untuk retailer.
Bisa disimpulkan bahwa bisnis retail adalah transaksi jual-beli baik barang maupun jasa pada suatu tempat,dimana bisnis retail berfungsi sebagai perantara antara distributor dengan konsumen akhir. Retailer berperan sebagai penghimpun barang, toko retail sebagai sebagai tempat yang dituju.Pada mulanya, tidak mudah menjalankan bisnis retail ini karena masyarakat belum terbiasa berbelanja dengan format swalayan. Perbedaan pengemasan barang antara supermarket dan pasar tradisional juga menjadi kendala. Di pasar tradisional, misalnya, konsumen bisa memilih ayam hidup, lalu disembelih di hadapan mereka. Sedangkan di pasar swalayan, ayam dijual sudah dalam keadaan mati dan terpotong-potong.Perbedaan yang sekarang terasa sepele itu ternyata dulu menjadi masalah. Menurut Meshvara dan Yongky, butuh waktu untuk menanamkan persepsi di benak konsumen pada waktu itu bahwa daging ayam yang dijual di pasar swalayan pun berasal dari ayam hidup, bukan bangkai.
Ada juga kisah lucu. Sampai satu dekade sejak kemunculannya yang pertama, supermarket selalu ditempatkan di lantai paling atas pusat perbelanjaan, bersebelahan dengan bioskop. Alasannya, supermarket dipercaya sebagai penarik arus konsumen, sehingga mereka yang mengunjungi swalayan diharuskan melewati seluruh lantai dan melihat seluruh toko di pusat perbelanjaan itu.
Pada 1980-an hingga pertengahan 1990-an, ekspansi retail di Indonesia berlangsung signifikan. Ini terutama disebabkan kebijakan pemerintah yang memberi kemudahan fasilitas bagi perusahaan yang ingin go public. Setelah itu, bisnis retail di Indonesia berkembang dengan pelbagai macam format: toko diskon, superstore, hypermarket, minimarket, dan sebagainya. Tidak semua format itu sukses bertahan. Mereka yang tidak bisa menyesuaikan diri akhirnya tumbang.Hal lain yang terjadi adalah masuknya para peretail asing dengan modal besar serta mulai mengakuisisi retail lokal dan melakukan ekspansi secara agresif. Jumlah penduduk pertama kali masuk ke Indonesia adalah Makro pada 1992. Sekarang sejumlah perusahaan asing, seperti Carrefour, Circle K, dan 7-Eleven, menyaingi retail asli Indonesia, seperti Indomaret, Alfamart, dan Hero.Salah satu indikator telah terjadinya alokasi yang efisein secara makro adalah output nasional yang dihasilkan sebuah perekoomian pada suatu periode tertentu. Sebab, besarnya output nasioanal dapat menunjukan beberapa hal penting dalam sebuah perekonomian maka output nasiaonal disebut juga pendapatan nasional.Istilah yang sering digunakan untuk pendapatan nasional adalah Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross Doemestic Product (GDP), istilah ini merujuk dalam pengertian:“ The total market value of all final goods and services produced within a given period, by factors of production located within a country”( Case & Fair, 1996)“ Nilai barang dan jasa akhir berdasarkan harga pasar, yang diproduksi oleh sebuah perekonomian dalam satu periode dengan menggunakan faktor-faktor produksi yang berada dalam perekonomian tersebut.
Bisa disimpulkan bahwa bisnis retail adalah transaksi jual-beli baik barang maupun jasa pada suatu tempat,dimana bisnis retail berfungsi sebagai perantara antara distributor dengan konsumen akhir. Retailer berperan sebagai penghimpun barang, toko retail sebagai sebagai tempat yang dituju.Pada mulanya, tidak mudah menjalankan bisnis retail ini karena masyarakat belum terbiasa berbelanja dengan format swalayan. Perbedaan pengemasan barang antara supermarket dan pasar tradisional juga menjadi kendala. Di pasar tradisional, misalnya, konsumen bisa memilih ayam hidup, lalu disembelih di hadapan mereka. Sedangkan di pasar swalayan, ayam dijual sudah dalam keadaan mati dan terpotong-potong.Perbedaan yang sekarang terasa sepele itu ternyata dulu menjadi masalah. Menurut Meshvara dan Yongky, butuh waktu untuk menanamkan persepsi di benak konsumen pada waktu itu bahwa daging ayam yang dijual di pasar swalayan pun berasal dari ayam hidup, bukan bangkai.
Ada juga kisah lucu. Sampai satu dekade sejak kemunculannya yang pertama, supermarket selalu ditempatkan di lantai paling atas pusat perbelanjaan, bersebelahan dengan bioskop. Alasannya, supermarket dipercaya sebagai penarik arus konsumen, sehingga mereka yang mengunjungi swalayan diharuskan melewati seluruh lantai dan melihat seluruh toko di pusat perbelanjaan itu.
Pada 1980-an hingga pertengahan 1990-an, ekspansi retail di Indonesia berlangsung signifikan. Ini terutama disebabkan kebijakan pemerintah yang memberi kemudahan fasilitas bagi perusahaan yang ingin go public. Setelah itu, bisnis retail di Indonesia berkembang dengan pelbagai macam format: toko diskon, superstore, hypermarket, minimarket, dan sebagainya. Tidak semua format itu sukses bertahan. Mereka yang tidak bisa menyesuaikan diri akhirnya tumbang.Hal lain yang terjadi adalah masuknya para peretail asing dengan modal besar serta mulai mengakuisisi retail lokal dan melakukan ekspansi secara agresif. Jumlah penduduk pertama kali masuk ke Indonesia adalah Makro pada 1992. Sekarang sejumlah perusahaan asing, seperti Carrefour, Circle K, dan 7-Eleven, menyaingi retail asli Indonesia, seperti Indomaret, Alfamart, dan Hero.Salah satu indikator telah terjadinya alokasi yang efisein secara makro adalah output nasional yang dihasilkan sebuah perekoomian pada suatu periode tertentu. Sebab, besarnya output nasioanal dapat menunjukan beberapa hal penting dalam sebuah perekonomian maka output nasiaonal disebut juga pendapatan nasional.Istilah yang sering digunakan untuk pendapatan nasional adalah Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross Doemestic Product (GDP), istilah ini merujuk dalam pengertian:“ The total market value of all final goods and services produced within a given period, by factors of production located within a country”( Case & Fair, 1996)“ Nilai barang dan jasa akhir berdasarkan harga pasar, yang diproduksi oleh sebuah perekonomian dalam satu periode dengan menggunakan faktor-faktor produksi yang berada dalam perekonomian tersebut.
II.Jenis-jenis Toko Retail
Klasifikasi
retail berdasarkan :
- Kepemilikan ( Owner ):
- Single-Store Retailer : tipe yang paling banyak
jumlahnya dengan ukuran toko umumnya dibawah 100 m².
- Rantai Toko Retail : toko retail dengan banyak
cabang dan dimiliki oleh institusi perseroan.
- Toko Waralaba : toko yang dibangun berdasarkan
kontrak kerja sama waralaba antara terwaralaba dengan pewaralaba.
- Merchandise Category:
- Specialty Store/ Toko Khas : menjual satu jenis
kategori barang yang relative sedikit/ sempit.
- Grocery Store/ Toko Serba Ada : menjual barang
groceries (sehari-hari).
- Departement Store : menjual sebagian besar
bukan kebutuhan pokok, fashionable, bermerek, dengan 80% pola konsinyasi.
- Hyperstore : menjual barang dalam rentang
kategori barang yang sangat luas.
- Luas Sales Area :
- Small Store/kios : kios kecil yang umumnya
merupakan toko retail tradisional, dioperasikan sebagai usaha kecil dengan
sales areab kurang dari 100 m².
- Minimarket : dioperasikan dengan luasan sales
area antara 100-1000 m².
- Supermarket : dioperasikan dengan luasan sales
area antara 1000-5000 m².
- Hypermarket : dioperasikan dengan luasan sales
area antara lebih dari 5000 m².
- Non-Store Retailer :
- Multi-Level-Marketing (MLM) : Model penjualan
barang secara langsung dengan system komisi penjualan berperingkat
berdasarkan status keanggotaan dalam distribution lines.
- Mail & Phone Order Retailer ( Toko pesan
antar ) : perusahaan yang melakukan penjualan berdasarkan pesanan melalui
surat atau telepon.
- Internet/ Online Store (e-Commerce) : Toko Retail di dunia maya yang mngadopsikan internet ke dalam bentuk online retailing.
III. Pengaruh Perusahaan Ritel Terhadap
Ekonomi Daerah (Bogor)
Menurut Asosiasi Perusahaan Retail
Indonesia (Aprindo) pertumbuhan bisnis retail di Indonesia antara 10-15% per
tahun. Penjualan retail pada 2006 masih sebesar Rp 49 triliun, namun melesat
hingga mencapai Rp 100 triliun pada 2010.Sedangkan pada 2011 pertumbuhan ritel
diperkirakan masih sama yaitu 10%-15%atau mencapai Rp 110 triliun, menyusul
kondisi perekonomian dan daya beli masyarakat yang relatif bagus. Jumlah
pendapatan terbesar merupakan konstribusi dari hypermarket, kemudian disusul
oleh minimarket dan supermarket. Giant yang beromset Rp. 3,2 triliun berdasarkan
data AC Nielsen, pangsa pasar modern market terus meningkat dari tahun ke tahun.
Omzet ritel nasional diperkirakan berkisar Rp 118-125 triliun hingga kuartal
III-2013, tumbuh 10% dibandingkan periode sama tahun lalu yang didorong oleh
kenaikan harga produk-produk ritel. Giant adalah anak perusahaan dari PT. Hero Indonesia
TBK, yang bergerak di bidang retail . Giant berbentuk Hypermarket , semua
kebutuhan konsumen dapat terpenuhi di dalamnya, mulai dari
sembako,pakaian,sepatu,bahkan sampai elektronik tersedia di Giant .Giant dalam
memilih lokasi perlu melakukan riset terlebih dahulu. Botani Square
merupakan mall l yang dibangun di lokasi yang st rategis di Kota Bogor, dengan
posisi di samping pintu tol Kota Bogor dan tepat di depan Tugu Kujang (segitiga
Kebun Raya Bogor-Inst itut Pertanian Bogor-terminal Baranang Siang), Botani
Square menjadi area komersial yang paling mencolok dan mempunyai nilai tinggi. Identifikasi
Masalah penelitian dari Giant adalah:
(1) Strategi pemilihan lokasi yang diterapkan oleh
Giant .
(2) Faktor apa saja yang berpengaruh dalam
merumuskan strategi Lokasi dan citra berdasarkan
Analisis faktor internal dan
eksternal.Metode yang digunakan dalam penelitian ini ,yaitu: Studi lapangan dan
Sudi Kepustakaan. Data dianaisa menggunakan analisa SWOT dan menggunakan matrik
IFE (Internal Fact or Evaluation) dan matrik EFE (Eksternal Fact or
Evaluation). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Giant Botani Square berada pada
posisi sel lima, yaitu berada dalam kondisi pertumbuhan stabil dengan
memperoleh nilai IFE 2,468 dan EFE 2,447, dan dapat diketahui bahwa perusahaan
harus melakukan strategi pemasaran yang lebih baik, hal tersebut dapat dilihat
dari pertumbuhan omset penjualan yang terus meningkat. Dari penelitian masih
terlihat adanya beberapa kelemahan yang ada pada Giant dalam hal lokasi. Giant
Botani Square terkategori sebagai Hypermarket , dikarenakan luasnya antara
80.000 – 220.000 kaki persegi. Giant Botani Square berada pada kawasan Mal l
Regional yang berkonsepkan pada Mal l One Stop Shopping.
Keputusan Giant memilih Botani Square
bukan tanpa alasan berikut dibawah ini analisisnya:
1. Tingkat perekonomian masyarakat. Kita
perhatikan secara sepintas seperti apa tingkat perekonomian masyarakat dalam
area tersebut . Kita bisa mengamati misalnya, mobil-mobil yang sudah ada dan
apa saja yang biasanya dibeli. Pada kasus ini tingkat perekonomian dari Botani
Square adalah tingkat menengah ke atas.(Market Analisys)
2. Tingkat persaingan. Kita coba
menghitung ada berapa banyak yang menawarkan produk/ jasaseperti yang akan kita
lakukan. Jika kita berbicara mengenai minimarket , kita kalkulasi berapa
minimarket yang ada dalam areal tersebut
, supermarket terdekat , dan jumlah warung yang cukup besar yang berada di lingkungan
tersebut . Apakah intensitas persaingan yang ada sudah membuat pasar tersebut
jenuh atau belum? Kita dapat mengasumsikan bahwa semakin rendah tingkat
kejenuhannya, semakin besar pula peluang untuk sukses dalam bisnis yang akan
kita j alani. Saingandari Botani Square adalah Pangrango Plaza (PP), BogorTrade
Mal l l (BTM), ada Swalayan.(Market Analisys)
3. Analisis Area Perdagangan ( Trading Area
Analisys)
4. Analisis Lokasi (Site Analisys)
5.Analisis Ekonomi(Economic Analisys)
Giant Botani Square sangat berpengaruh
terhadap ekonomi pada kota Bogor,contohnya;dalam penyerapan tenaga kerja
masyarakat pada kota Bogor. Sehingga banyak orang yang menggantungkan hidupnya
pada industri ini. Oleh karena itu, industri ritel dapat dikategorikan menjadi
industri yang merupakan hajat hidup orang banyak karena sekitar 10% dari total
penduduk Indonesia menggantungkan hidupnya dengan berdagang. Dengan
karakteristik industri ritel yang tidak membutuhkan keahlian khusus serta
pendidikan tinggi untuk menekuninya, maka banyak rakyat Indonesia terutama yang
tergolong dalam kategori UKM masuk dalam industri ritel ini.
Hal ini membuktikan adanya pertumbuhan
ekonomi yang cukup tinggi dan menciptakan investasi dari investor asing, namun
di sisi lain hal ini dapat menyebabkan kelesuan para pedagang kios tradisional,
bahkan mematikan usaha mereka. Kehadiran pasar modern tersebut telah memunculkan iklim persaingan yang tidak sehat
yang merugikan pedagang kios kecil.
Tidak menutup kemungkinan, kondisi yang timpang tindih
tersebut juga berpotensi munumbuhkan benih-benih kecemburuan sosial di antara para pelaku
perdagangan. Membuat pedagang kios kecil semakin terpuruk bahkan mati
karena tergerus keberadaan minimarket yang menawarkan kenyamanan berbelanja, kemudahan pembayaran,kualitas produk yang lebih baik
dan nilai plus lainnya bila dibandingkan dengan apa yang dapat
ditawarkan oleh pedagang kios tradisional. Terlebih lagi sekarang banyak bermunculan minimarket
yang membuka tokonya 24 jam sehingga persaingan antara mini market dengan pedagang
kios kecil semakin tidak seimbang.
IV.Pertumbuhan Pasar Perusahaan Retail
terhadap Sektor Pasar pada Umumnya
Giant Botani Square menghadapi pangsa
pasar yang lumayan pesat pada daerah tersebut sehingga para distributor
memberikan potongan harga dan keuntungan lainnya yang dapat dinikmati oleh
konsumen. Memiliki kekurangan dan kelebihan tersendiri,yaitu:
·
Kekurangan:
-
Harga produk relatif mahal.
-
Tarif Parkir mahal.
-
Pelayanan personel kurang memadai.
-
Promosi yang belum optimal.
-
Akses lapangan parkir menuju lokasi.
·
Kelebihan:
- Lokasi yang Strategis
- Mudah di capai dengan angkutan umum
- Kelengkapan produk
- Area berbelanja yang luas
- SDM berkualitas
Pada pasar rumah tangga,pasar komoditi
dan pada sektor swasta tidak ada kendala yang terlalu bergantung pada pola
manajemen Giant Botani Square. Sehingga Giant Botani Square lebih menitik
beratkan pada kelemahan yang ada pada badan perusahaan dan berusaha untuk
menyeimbangkan agar mendapat segi ekonomi yang lebih memadai. Berikut strategi
Giant Botani Square:
- Membuka cabang baru
- Mempertahankan kelengkapan produk agar
dapat menarik banyak konsumen
- Mempertahankan area berbelanja yang
nyaman bagi para pengunjung
- Peran sumber daya manusia harus ditingkatkan
- Peran promosi harus ditingkatkan untuk
menghadapi persaingan antar ritel sejenis
- Memperbaiki jalur transportasi parkir
khusus konsumen Giant dalam mengantisipasi kondisi politik yang tidak stabil.
5.Kesimpulan
- Bisnis retail adalah transaksi jual-beli baik barang maupun jasa pada suatu tempat,dimana bisnis retail berfungsi sebagai perantara antara distributor dengan konsumen akhir,dan took retail sebagai wahananya.
- Giant Botani Square terkategori sebagai Hypermarket , dikarenakan luasnya antara 80.000 – 220.000 kaki persegi. Giant Botani Square berada pada kawasan Mal l Regional yang berkonsepkan pada Mal l One Stop Shopping.
- Pasar modern tersebut telah memunculkan iklim persaingan yang tidak sehat yang merugikan pedagang kios kecil.
- Giant Botani Square sangat berpengaruh terhadap ekonomi pada kota Bogor,contohnya;dalam penyerapan tenaga kerja masyarakat pada kota Bogor. Sehingga banyak orang yang menggantungkan hidupnya pada industri ini. Oleh karena itu, industri ritel dapat dikategorikan menjadi industri yang merupakan hajat hidup orang banyak karena sekitar 10% dari total penduduk Indonesia menggantungkan hidupnya dengan berdagang.
- Dapat diketahui bahwa Giant Botani Square, pada pasar rumah tangga,pasar komoditi dan pada sektor swasta tidak ada kendala yang terlalu bergantung pada pola manajemen Giant Botani Square. Sehingga Giant Botani Square lebih menitik beratkan pada kelemahan yang ada pada badan perusahaan dan berusaha untuk menyeimbangkan agar mendapat segi ekonomi yang lebih memadai.
6.Daftar
Pustaka
*) http://www.academia.edu/
*) Hero TbK / Giant Hypermarket.
*) Pratama Rahardja dan Mandala
Manurung,Pengantar ilmu ekonomi:Mikroekonomi dan Makroekonomi,Depok 18 Juni,2001.
0 komentar :
Posting Komentar